Tragedi di Pasir Walang: Bunuh Diri Menggugah Nurani Kolektif, Siapa yang Bertanggung Jawab?
Pasir Walang, Desa Walangsari, Kalapanunggal – Sukabumi, Jawa Barat | 3 Mei 2025
Kamis sore yang biasanya sunyi di Kampung Pasir Walang, Desa Walangsari, tiba-tiba berubah menjadi lautan duka. Seorang pemuda ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, tergantung di dalam kamar rumahnya. Kejadian tragis yang diduga kuat merupakan tindakan bunuh diri ini menyayat hati warga dan memunculkan serangkaian tanya yang mengguncang: apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa yang harus bertanggung jawab?

Peristiwa tersebut terjadi di sebuah wilayah yang secara geografis masuk dalam ring 3 kawasan operasional industri di Kalapanunggal, setelah Palasarigirang dan Pulosari. Namun sayangnya, Pasir Walang masih tertinggal dalam akses dan manfaat pembangunan ekonomi. Sebuah ironi yang menyakitkan, mengingat potensi wilayah ini terus dieksplorasi namun manusianya seolah dilupakan.
Di lokasi kejadian, aparat kepolisian hadir dan menunjukkan empati serta dedikasi tinggi. Mereka tak hanya mengamankan tempat kejadian perkara, namun juga memberikan dukungan kepada keluarga korban dan masyarakat sekitar. Potret kedekatan emosional antara polisi dan warga sore itu begitu terasa—sebuah contoh kehadiran negara yang hangat di tengah luka kolektif.
Namun pertanyaan yang lebih besar menggema di tengah keheningan: Di mana peran para pemangku kepentingan?
Instansi pemerintah, perusahaan industri, dan para pemodal besar yang beroperasi di sekitar wilayah ini seharusnya memiliki tanggung jawab sosial yang lebih dari sekadar laporan CSR tahunan. Ketimpangan ekonomi, minimnya akses terhadap layanan kesehatan mental, serta tekanan hidup yang meningkat, tak bisa terus-menerus disapu di bawah karpet.
Supersalaka, sebagai kelompok pemberdaya masyarakat, menilai bahwa peristiwa ini adalah sinyal darurat yang tak boleh diabaikan. Ini bukan sekadar tragedi personal—ini adalah potret kegagalan sistemik dalam menjamin kesejahteraan batin dan fisik warga, khususnya generasi muda.
Sudah saatnya berbagai pihak—baik pemerintah daerah, pelaku industri, maupun elemen masyarakat sipil—berdiri bersama dan tidak menutup mata terhadap realitas getir di lapangan. Jangan tunggu korban berikutnya untuk bergerak.
Kita tidak bisa membiarkan suara-suara diam itu terkubur begitu saja. Pasir Walang menangis, dan kita semua harus mendengarnya.